Rabu, 19 Desember 2012

A Thousand Splendid Sun

Resensi 
Penulis : Khaled Hossaini
Buku lain : The Kite Runner

Beberapa waktu yang lalu saya membaca ebook berjudul 'A Thousand Splendid Sun'  kiriman dari teman dunia maya. Karena sedang turun semangat saya mulai mencari kesibukan lain daripada tidur tak jelas dan menyebabkan kepala semakin berat, saya putuskan untuk membaca buku tersebut.
 
Novel ini berlatar Afghanistan, menceritakan kisah dua wanita dari golongan rakyat biasa, namun merasakan kepahitan hidup bersama lelaki tua yang temperamen. Cerita ini sertai konflik-konflik antar paham berbeda pada sesama penganut agama Islam, penjajahan soviet, hingga kemerdekaan dari kelompok yang berkuasa terakhir, Taliban. 

Buku ini membuat kening saya berkerut dan ada rasa geram oleh segala masalah yang terjadi di dalamnya. berikut sekelumit cerita yang saya kutip.

Mariam, seorang wanita yang terlahir dengan sebutan harami atau anak haram dari seorang wanita bernama Nana yang bekerja sebagai pembantu dirumah laki-laki yang menghamilinya, laki-laki kaya raya beristri 3 dan mempunyai anak 10. Mariam hidup terasing sejak lahir diperbukitan yang jauh dari keramaian bersama ibu yang sering kerasukan jin dan melarangnya untuk percaya pada ayah kandungnya. Meskipun ibunya berkata pria itu hanya lelaki jahat yang tak menganggap mariam adalah putrinya. Suatu hari untuk menemui ayahnya, Jalil, Mariam meninggalkan ibunya, bukan kebahagiaan yang dia dapatkan, bertemu ayah pun tidak, ditambah lagi kesedihan ibunya yang menggantung diri karena merasa ditinggalkan Mariam. Sejak saat itu seluruh hidup Mariam berubah, mulai dari tinggal bersama Jalil , sampai ia nikka atas saran ketiga ibu tirinya dengan seorang duda berumur 45 tahun yang bekerja sebagai tukang sepatu dari Kabul. Sejak kegagalan kehamilnnya ia mendapat siksaan dari suaminya Rasheed.

Laila, gadis remaja yang tumbuh disekitar tempat tinggal Mariam bersama suaminya. karena konflik yang semakin memanas, semakin banyaknya korban berjatuhan karena roket yang dijatuhkan dimana-mana. Laila kemudian kehilangan orang-orang yang dia cintai satu demi satu, kedua saudara lelakinya yang menyebabkan ibunya kehilangan semangat hidup, kedua sahabatnya Giti dan Hasina, teman masa kecil hingga remaja yang dia cintai Tariq, terpaksa meninggalkannya demi kesehatan ayahnya yang terkena serangan jantung, hingga akhirnya, kedua orang tuanya pun tewas di depan matanya sendiri saat roket jatuh tepat di atas rumahnya. Kejadian itu membuat Laila terluka parah bahkan kehilangan sebelah pendengarannya. Rasheed, suami Mariam memanfaatkan kesempatan ini dengan menyelamatkan Laila, memerintahkan Mariam merawatnya, hingga Laila pulih, Seorang pria bayaran Rasheed menyampaikan bahwa Tariq telah mati bersama keluarganya saat mengungsi ke Pakistan. Karena hatinya yang hancur dan tanpa arah lagi, akhirnya Laila menyetujui tawaran Rasheed menjadikannya istri dengan alasan tak mungkin membiarkan wanita lain dirumahnya. Laila, yang sedang menyadari bahwa dia sedang mengandung buah cintanya dengan Tariq pun setuju, untuk menutupi kesalahannya. Rasheed semakin menjadi-jadi dan berlaku kasar pada Mariam. 

Mariam dan Laila, pada akhirnya menjadi akrab seiring bertambahnya siksaan-siksaan Rasheed. Karena konflik yang semakin memanas di negaranya, mereka tidak bisa lepas dari Rahseed, sekali mencoba semakin menyebabkan keduanya tersiksa. Hingga Laila memiliki darah daging dari Rasheed. Suatu hari Mariam akhirnya membunuh Rasheed yang mencekik Laila dan hampir mati karena kehadiran Tariq yang di laporkan oleh Zalmai, putra kebanggaan Rasheed yang masih berumur 2 tahun. 

Mariam pun dihukum atas tindakannya sesuai peraturan Taliban yang berkuasa saat itu, hukum mati. Laila dan kedua anaknya Zalmai, dan Aziza putri Tariq, juga bersama Tariq pindah menuju Muree tempat Tariq selama ini. Hingga Afghanistan kembali damai, mereka kembali ke Kabul, namun sebelumnya menuju Herat, tempat Mariam tumbuh.


siapapun takkan bisa menghitung bulan-bulan yang berpendar di atas atap, ataupun seribu mentari surga yang bersembunyi di balik dinding
Saib-e-Tabrizi

1 komentar:

^_^ sudilah tinggalkan komen, yah , yah, okeh ? arigatou